Monday 3 March 2014

Musik dan Presuasi

Gak banyak yang gue tau soal teknik presuasi alias mempengaruhi orang. Yang gue tau, teknik ini dipake sama orang-orang yang suka berdiri di atas podium, koar-koar menyampaikan apa yang menjadi misinya. Tapi pernah gak sih kita pikir sejenak, kalo musik adalah juga salah satu media presuai paling ampuh. mari kita bahas soal Musik dan Presuasi versi "Gue". hahaha.

Kita sering lihat setiap musisi khususnya band suka punya yang namanya fanz, kalian yang suka ngband juga pasti pada punya kan, ya seenggaknya personil band itu sendiri lah. Kalo personilnya sendiri gak ngfanz ama band nya sendiri itu namanya keterlaluan alias tengteuingeun.
Marlyn Manson
Mereka yang menjadi fanatik sebagai fanz, tentunya secara sukarela mengikuti apa yang menjadi tingkah laku dari band idolanya. Mereka berdandan layaknya sang gitaris, vokalis, bassis atau sang drummer. Mereka juga menggunakan bahasa yang digunakan oleh idolanya dalam lagu-lagunya dalam kehidupan sehari-hari. NAH...NAH...NAH, di sini baru, kita mulai fokus. Ini yang menjadi bahaya.

Kita bisa lihat beberapa kata Bullsh*t, MotherF*ckers, dll mungkin sekarang udah gak aneh lagi bukan? tapi yang bikin gue aneh, Bullsh*t itu kalo di artikan bahasa indonesia artinya kan omong kosong, lhaa di amerika sana istilahnya aja di sensor, lah kita mah di sini enggak, padahal artinya sama-sama aja kan? hahaha, ya tapi kalo itu mungkin masih mending lah, yang gue agak risih justru yang lain, udah banyak sekarang band-band metal yang bikin lyric yang frontal abis seperti menghina Tuhan, Agama, dll.

Yang gue alami sendiri adalah, ketika lagu itu enak didengar maka gada lagi perhatian terhadap makna lagu itu sendiri. Akhirnya tanpa sadar nyanyiin lagunya berulang-ulang padahal tu lagu sangat berbau SARA.

Dan percaya ato enggak, kita bisa lihat di sekitar, betapa semuanya sudah berubah. kalo gue tarik ke beberapa tahun ke belakang, mungkin anak kecil yang berkata-kata dengan bahasa kasar masih menjadi minoritas, dan apa yang terjadi sekarang sudah berubah 180 derajat. Anak kecil sekarang nyanyinya udah nyanyi-nyanyi lagu dewasa, masih SD aja udah berani pacaran, baru SMA udah berani upload nglakuin pornografi. It's very suck man! Ada apa dengan kita? ada apa dengan negeri ini?

Tapi yang gak heran, sementara diluar sana masih banyak musisi-musisi yang berbagi kisah cinta lewat lagu mereka, menyematkan pornoaksi di video mereka, mengolah secara centil lirik-lirik mereka, dan tak memikirkan outcome dari karyanya. Bahkan mungkin Major label bisa nyeletuk "ya pasar maunya gini, mau gimana lagi", oh come on! mungkin kita harus ngobrol sedikit soal anak-anak kita, cucu-cucu kita. Generasi seperti apa yang mau dibangun kalo industri hiburan sudah tak mementingkan moralitas.

Mungkin kita sebagai musisi Indonesia sering merujuk musisi barat sebagai referensi, tapi gada salahnya kalo kita membuat sesuatu yang baru, yang tidak harus menyematkan hal-hal yang tidak pantas didalam karya-karya kita. Gue masih lebih merindukan musisi-musisi seperti "bimbo" atau "iwan fals", yang mereka meneriakan secara kritikal kesedihan (keprihatinan bukan kegalauan) di sekitar kita, mengemas lagu-lagu dengan fislosofi mendalam, meskipun mereka gak pernah mendapatkan apresiasi terjualnya jutaan copy hasil karya-karya mereka, ketimbang merindukan anak-anak boyband yang bisanya cuman melakukan plagiasi k-p*p yang serunya cuman musiman. 

It's Time To Wake Up

Sudah saatnya para pegiat musik bicara bukan hanya soal kisah cinta, yang kerjaannya bikin galau, udah dia galau karena pengalaman pribadinya, dibagi-bagi pula ke kita melaui lagunya, yaa yang denger ikutan galau lah pasti.

Sudah saatnya kita bicara bukan cuman soal serem dan gaya doank, tapi biaca juga soal pesan, dan presuasi di musik-musik kita. Kita pakaian compang camping, so pasti fanz juga ngikutin kita. Kita liriknya ceplas-ceplos, ya yang ngefanz pasti tambah ceplas-ceplos karena kita ngasih tambahan istilah yang gak bener.

Ini memang tentang tanggung jawab, kita gak bisa lagi mengatasnamakan seni sementara seni yang kita usung merusak jiwa orang lain. kita gak bisa bicara seni kalo seni yang kita buat cuman bisa membawa perubahan yang buruk. 

"Dengan musik kita bisa menjudge apapun dan siapapun, tapi benarkah itu yang kita inginkan?"
"Dengan musik kita bisa mengobrak-abrik fikiran, melumpuhkannya dan mengendalikannya, tapi benarkah itu yang kita harapkan?"
"Dengan musik, kita bisa berbagi kesedihan, tapi apakah itu misi kita dari segudang misi penting lain yang harus kita dahulukan?"

well, well, well. Yang pasti semuanya pasti rock n roll pada waktunya. We will pay what we deal with!


No comments:

Post a Comment

Pengunjung Langsung

Designed By Seo Blogger Templates
Advertisment
'ALBARA STUDIO' - Jasa Foto dan Video Wedding, Pre-wedding, Garut 'ORDER KAOS, JEANS dan LEVI'S' - Ayo diorder kaos, jeans sama levi's nya, barang ORIGINAL, Garut 'Ayo bikin blog' - Jasa Pembuatan Blog Termurah Danimonius, Garut - Bekasi